Breaking News

Senin, 18 Agustus 2014

Kebudayaan Korea

Adat Istiadat & Budaya Korea


Tarian Tradisional Korea Selatan Ganggangsullae

Konfusianisme

Adat istiadat Konfusianisme Korea memiliki sejarah selama ratusan tahun. Upacara peringatan untuk orang tua yang telah meninggal, para leluhur dan upacara pemujaan di hari libur tertentu merupakan hal terpenting.
Pada upacara peringatan, seluruh anggota keluarga berkumpul bersama, menyiapkan makanan dan menghormati yang telah meninggal. Biasanya anak laki2 tertua dalam keluarga yang merawat orang tuanya dan memimpin upacara semacam itu setelah kematian mereka.

Menurut adat, orang Korea cenderung menyukai anak laki2 dari pada anak perempuan. dan selalu percaya bahwa laki2 lebih unggul dari perempuan. Selain itu Konfusianisme melarang perempuan untuk menjalankan banyak peran, hal yang tampaknya masih mendorong diskriminasi gender terhadap perempuan.
Walaupun perempuan di Korea sekarang ini banyak memainkan peran penting dalam setiap bagian kehidupan masyarakat, tapi mereka belum bisa menikmati status yang setara dengan laki2.

Nilai2 Konfusianisme juga tercermin melalui tempat duduk yang disediakan bagi orang tua. Sudah menjadi kebiasaan umum di Korea untuk mengosongkan tempat duduk dan menyediakannya bagi orang tua.
Orang Korea berusaha tidak merokok di depan orang yang lebih tua. Di meja makan mereka akan menunggu sampai orang yang lebih tua meraih sendok di meja. Ketika minum2an keras, mereka menghindarkan wajah agar tidak persis minum dihadapan wajah orang yang lebih tua dengan cara menggeser tubuh mereka sedikit kesamping.

Meskipun hormat kepada orang yang lebih tua merupakan adat istiadat yang baik, kadang2 timbul kesan bahwa orang yang lebih tua berusaha menguasai orang yang lebih muda. Dalam hal yang sama orang Korea juga terlalu banyak menekankan pada usia dan suasana resmi, sehingga menghalangi hubungan komunikasi setara yang bebas. Dalam tradisi Korea, tidak diperkenankan memanggil seorang yang lebih tua usianya walau cuma setahun, dengan panggilan namanya saja. harus degan panggilan kakak (Hyeong/Uppa - laki2, Nuna/Onni - perempuan).


Bentuk Penghormatan dalam ber-Bahasa Korea

Layaknya Bahasa Jawa, Bahasa Korea mempunyai tingkatan2 yang berbeda yang tergantung pada siapa lawan bicaranya. Dalam bahasa informal, ada bentuk kata2 yang berarti penghormatan yang biasanya ditujukan kepada orang yang lebih tua/atasan/yang mempunyai kedudukan lebih tinggi. atau biasanya juga digunakan kepada orang yang belum begitu dikenal.
Kebiasaan orang Korea yang berbicara dalam bentuk kalimat biasa/kasar kepada orang yang lebih muda adalah contoh buruk tradisi Korea.
ketika seseorang sudah akrab, biasanya mereka sepakat untuk berbicara dalam bentuk biasa satu sama lain.


Pekerjaan

Sebagian besar orang Korea bekerja di sektor industri, dan sebagian di pedesaan masih bekerja sebagai petani. Dikarenakan iklim di Korea yang punya 4 musim, maka para petani tidak dapat melakukan kegiatannya sepanjang tahun. Biasanya di musim dingin, dimana area pertanian tidak bisa ditanami, mereka akan beralih sementara ke sektor industri, untuk kemudian kembali bertani pada musim panas dimana area pertanian telah siap kembali untuk ditanami.
Namun seiring dengan kemajuan tekhnologi, berangsur2 kebiasaan ini pun mulai di tinggalkan. Sekarang sudah bayak area pertanian yang bisa ditanami walau di musim dingin. dengan menggunakan "Vinyl House", sayur mayur dan buah2an tetap dapat tumbuh walau musim dingin.

Umumnya orang Korea sangat rajin, mereka selalu ingin menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin. Para ahli menduga menduga bahwa hal tersebut berasal dari kebiasaan bercocok tanam yang berulang selama ribuan tahun. Dalam iklim 4 musim seperti Korea, hanya dengan bekerja rajin pada musim semi dan musim panas, maka dapat menjamin panenan di musim gugur.

Namun sifat ini terkadang mempunyai dampak sampingan yang kurang baik. Mereka terlalu memaksakan dengan tergesa2 dan mengabaikan faktor2 lain, seperti efisiensi dan keselamatan demi cepatnya penyelesaian sebuah pekerjaan. Salah satu kata yang paling sering didengar dari orang korea adalah "Pali Pali" (Cepat Cepat).


Keseragaman

Orang Korea bangga dengan homogenitas atau keseragaman mereka. Banyak diantara mereka percaya bahwa mereka telah mempertahankan bangsa satu darah dan kemurnian selama ribuan tahun, dan hal itu adalah sesuatu yang khas bagi mereka.
Hal ini merupakan keyakinan berdasarkan dongengan yang berasal dari legenda pembentukan bangsa. Namun hal itu juga sebagai keyakinan yang secara alamiahdiperkuat melalui datangnya banyak serangan dari Cina dan Jepang.
Sementara kebanggaan akan homogenitas menyatukan rakyat, karena hal itu pula mereka tidak mudah menerima orang2 dari negara lain. Orang Korea biasanya menghindari orang asing dan hanya baru akhir2 ini saja perkawinan Internasional meningkat jumlahnya di Korea.


Rakyat yang suka minum dan menyanyi

Minum merupakan bagian yang sangat penting bagi orang Korea. Orang korea sering dan banyak minum. Terutama untuk menguraikan perselisihan/salah mengerti diantara rekan. Bar dan Rumah Minum2 (Sul Jip) buka sepanjang malam dan dapat dengan mudah ditemukan di kota2.

Orang Korea juga suka menyanyi. Ada banyak Karaoke (Norae Bang) disetiap jalanan. Rekan sekerja, teman2 dan keluarga sering pergi kesana dan menyanyi. Tidk terkecuali para remaja pula

 Budaya PerkawinanKebudayaan garis keluarga di Korea adalah berdasarkan atas sistem Patrilinial. Pria memegang peranan penting dalam kesejahteraan keluarkan dan diwajibkan untuk bekerja. Wanita diperbolehkan untuk bekerja hanya kalau diperbolehkan oleh suami atau jika hasil kerja suaminya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tugas utama wanita adalah untuk mengasuh anak dan menjaga rumah. Budaya perkawinan Korea sangat menghormati kesetiaan. Para janda, walaupun jika suami mereka mati muda, tidak dizinkan menikah lagi dan harus mengabdikan hidupnya untuk melayani orang tua dari suaminya. Begitu juga yang terjadi pada seorang duda yang harus melayani orang tua dari istrinya walaupun istrinya tersebut mati muda.
Upacara pernikahan tradisional pada suatu bangsa merupakan bagian dari
nilai-nilai tradisional dan budaya bangsa tersebut. Begitupun dengan pernikahan
tradisional Korea mencerminkan nilai-nilai budaya yang ada di negara Korea. Dulu
upacara tradisional pernikahan Korea sangatlah rumit tetapi sekarang telah
disederhanakan dan tata caranya telah dipadatkan.
Proses pernikahan tradisional Korea terdiri dari:
1. Eui Hon ( Pernikahan yang telah diatur oleh orang tua )
Para orang tua mengumpulkan informasi tentang calon mempelai pria dan wanita, tentang kedudukan sosial, pendidikan dan asal usul keluarga mereka. Jika informasi yang dikumpulkan telah cukup maka orangtua calon mempelai pria akan menyampaikan lamaran kepada orang tua calon mempelai wanita. Dalam acara lamaran ini hanya orang tua kedua belah pihak yang dapat bertemu dengan calon mempelai pria atau calon mempelai wanita. Kedua calon mempelai baru akan dipertemukan untuk pertama kalinya pada upacara pernikahan mereka.
2. Napcae ( Penentuan tanggal )
Setelah lamaran diterima, orang tua calon pengantin pria akan mengirim Saju,
yang menyatakan secara terperinci tahun, bulan, tanggal dan jam kelahiran
calon pengantin pria sesuai dengan kalender kepada keluarga caon mempelai
wanita. Saju dibungkus dengan menggunakan cabang-cabang bambu dan
diikat benang merah dan benang biru. Terakhir keseluruhan dari saju
dibungkus dengan Sajubo yaitu kain pembungkus berwarna merah di dalam
dan berwarna biru di bagian luar.Berdasarkan informasi yang tercantum dalam Saju, seorang peramal
menetapkan tanggal pernikahan yang terbaik. Keluarga calon mempelai wanita
kemudian mengirim Yeongil kepada keluarga calon pengantin pria yang
menyatakan tanggal pernikahan sebagai balasan dari saju.
3. Nappae ( Tukar menukar barang berharga )
Sebelum pernikahan, keluarga pengantin pria akan mengirim hadiah-hadiah
kepada mempelai wanita dan keluarganya dalam sebuah kotak yang
dinamakan Ham. Hamijabi ( orang yang menyampaikan Ham ) disertai oleh
beberapa orang teman dekat dari mempelai pria.
Ham biasanya berisikan 3 macam benda, yaitu Honseo (kertas pernikahan ),
Chaedan yaitu kain tenun berwarna merah dan biru, untuk membuat pakaian.
Kain biru diikat dengan benang merah dan kain merah diikat dengan benang
biru. Kedua warna ini menggambarkan filosofi Eun/Yang ( Yin/Yang ).
Honseo ( kertas pernikahan ) diselubungi dengan kain sutera merah, dalam
surat tercantum nama dari pengirim dan maksud dari pengirimnya yaitu
pernikahan. Honseo ini melambangkan pengabdian isteri kepada suami satusatunya dan sang isteri diharuskan menjaga dokumen ini selamanya dan
mengubur bersama jasadnya bila ia meninggal dunia.
Honseo juga adalah sekumpulan barang-barang berharga lainnya dari orang
tua pengantin pria untuk mempelai wanita.
4. Chinyoung ( Upacara Pernikahan )
Menurut adat, upacara pernikahan dilangsungkan di rumah keluarga mempelai
wanita . Pengantin pria biasanya menunggang kuda atau kuda pony dan para
pembantu atau pelayan berjalan kaki ke rumah mempelai wanita. Para pembantu
seringkali memainkan alat-alat musik untuk menciptakan suasana riang gembira.
Dalam proses pernikahan ini ada beberapa langkah yang dilakukan, yaitu:
            a. Jeonanrye ( Penyerahan angsa liar ).
Selama proses berjalan, Girukabi ( orang yang berjalan paling depan ) memegang
sebuah Kireogi ( angsa liar ) dari kayu. Tiba di rumah mempelai wanita, Girukabi
memberikan Kierogi kepada pengantin pria yang kemudian diberikan kepada ibu
mempelai wanita. Pemberian angsa liar ini melambangkan janji atau ikrar
pengantin pria untuk setia selamanya kepada mempelai wanita. Dulu kala
digunakan angsa liar hidup, tetapi sekarang sudah diganti dengan angsa buatan
dari kayu.
           b. Gyobaerye ( Membungkukkan badan )
Acara ini menandai saat pertama kalinya mempelai wanita dan mempelai pria
saling bertemu satu sama lain. Pada upacara ini mempelai saling membungkukan
badan satu sama yang lainnya. Pertama-tama mempelai wanita membungkuk kan
badan 2 kali, kemudian pengantin pria membunggkuk sekali sebagai balasa. Acara ini
berlangsung 2 kali. Kedua mempelai akan mengakhiri acara ini dengan saling
berhadapan sambil berlutut. Proses membungkukkan badan itu melambangkan ikrar
keterikatan satu sama lain.
            c. Hapgeunrye ( Minum anggur )
Dalam upacara ini anggur disajikan dalam tempat dari buah labu. Tempat ini
merupakan setengah dari buah labu yang telah dikosongkan dan dikeringkan,
melambangkan pria dan wanita. Artinya mempelai wanita dan mempelai pria
tadinya satu, dilahirkan secara terpisah dan kini dipersatukan kembali melalui
pernikahan.
5. Pyebaek ( Membungkuk kepada orang tua mempelai laki-laki ).
Setelah upacara pernikahan pengantin wanita dan pengantin pria duduk berdampingan
dan memberi penghormatan kepada keluarga pengantin pria. Ibu mertua melemparkan
jujube ( sejenis buah-buahan ) pada rok mempelai wanita, mengharapkan pengantin
akan dikaruniai banyak anaK.
Budaya dalam Hal Keturunan
Dalam budaya Korea , keturunan atau anak dianggap sebagai sebuah anugerah yang amat besar dari Tuhan. Oleh karena itu, setiap keluarga disarankan untuk memiliki paling tidak seorang keturunan. Oleh karena budaya yang amat menghormati anugerah Tuhan tersebut, aborsi yang bersifat sengaja akan diberikan hukuman yang amat berat secara adapt, yaitu hukuman mati kepada sang Ibu dan orang lain yang mungkin terlibat di dalamnya, seperti suaminya (jika suaminya yang memaksa), dokter (jika dokter yang memberikan sarana untuk aborsi), dan lain-lain. Akan tetapi, secara hukum, tidak akan diadakan hukuman mati. Hukuman mati biasanya hanya dilaksanakan di daerah pedalaman Korea di mana adat masih berpengaruh secara kuat.
Pembagian harta warisan dalam budaya ini amatlah adil. Tanpa memperdulikan jenis kelamin, keturunan dari seseorang akan mendapatkan pembagian harta dengan jumlah yang sama dengan saudara-saudaranya. Akan tetapi, dalam prakteknya ini tidak selalu terjadi. Kebanyakan orang tua menyisihkan lebih banyak harta warisan kepada anak tertua mereka.
Budaya Makanan
Dalam budaya Korea, ada satu makanan khas yang memiliki suatu arti yang tidak dimiliki oleh makanan lainnya. Makanan ini disebut kimchi. Di setiap session makanan, ketidakberadaan kimchi akan memberikan kesan tidak lengkap.
Kimchi adalah suatu makanan yang biasanya merupakan sayuran yang rendah kalori dengan kadar serat yang tinggi (misalnya bawang, kacang panjang, selada, dan lain-lain) yang dimasak sedemikian rupa dengan bumbu dan rempah-rempah sehingga menghasilkan rasa yang unik dan biasanya pedas. Dalam kenyataannya (menurut hasil penelitian kesehatan WHO), jenis-jenis kimchi memiliki total gizi yang jauh lebih tinggi dari buah manapun.
Hal yang membuat kimchi menjadi makanan yang spesial ada banyak faktornya. Faktor pertama adalah pembuatannya. Kimchi (dalam hal ini adalah kimchi yang dihidangkan untuk acara-acara spesial, bukan kimchi untuk acara makan biasa dan sehari-hari) dibuat oleh wanita dari keluarga bersangkutan yang mengadakan acara tersebut dan hanya bisa dibuat pada hari di mana acara tersebut dilaksanakan. Semakin banyak wanita yang turut membantu dalam pembuatan kimchi ini, semakin “bermakna” pula kimchi tersebut. Kimchi juga merupakan faktor penentu kepintaran atau kehebatan seorang wanita dalam memasak. Konon katanya, jika seorang wanita mampu membuat kimchi yang enak, tidak diragukan lagi kemampuan wanita tersebut dalam memasak makanan lain. Faktor ketiga adalah asal mula kimchi. Kimchi pada awalnya dibuat oleh permaisuri dari Raja Sejong sebagai hidangan untuk perayaan Sesi.
Kebiasaan / Tradisi
Ada sebuah tradisi / kebiasaan yang cukup terkenal di Korea. Tradisi ini dinamakan “sesi custom”. Tradisi sesi dilaksanakan sekali setiap tahun. Sesi adalah sebuah tradisi untuk mengakselerasikan ritme dari sebuah lingkaran kehidupan tahunan sehingga seseorang dapat lebih maju di lingkaran kehidupan tahun berikutnya.
Tradisi sesi dilaksanakan berdasarkan kalender bulan (Lunar Calender). Matahari, menurut adat Korea , tidak menunjukkan suatu karakteristik musiman. Akan tetapi, Bulan menunjukkan suatu perbedaan melalui perubahan fase bulan. Oleh karena itu, lebih mudah membedakan adanya perubahan musim atau waktu melalui fase bulan yang dilihat.
Dalam tradisi sesi, ada lima dewa yang disembah, yaitu irwolseongsin (dewa matahari bulan dan bintang), sancheonsin(dewa gunung dan sungai), yongwangsin (raja naga), seonangsin (dewa kekuasaan), dangasin (dewa rumah). Kelima dewa ini disembah karena dianggap dapat mengubah nasib dan keberuntungan seseorang.
Pada hari di mana sesi dilaksanakan, akan diadakan sebuah acara makan malam antar sesama keluarga yang pertalian darahnya dekat (orang tua dengan anaknya). Acara makan wajib diawali dengan kimchi dan lalu dilanjutkan dengan “complete food session”.
Ada juga mitos lain dalam memperoleh keberuntungan menurut tradisi Korea, antara lain “nut cracking” yaitu memecahkan kulit kacang-kacangan yang keras pada malam purnama pertama tahun baru, “treading on the bridge” yaitu berjalan dengan sangat santai melewati jembatan di bawah bulan purnama pada malam purnama pertama tahun baru yang katanya dapat membuat kaki kita kuat sepanjang tahun, dan “hanging a lucky rice scoop” yaitu menggantungkan skop (sendok) pengambil nasi di sebuah jendela yang katanya akan memberi beras yang melimpah sepanjang tahun.
Kesenian
Kesenian tradisional di Korea, dalam hal ini musik dan tarian, diperuntukkan khusus sebagai suatu bagian dalam penyembahan “ lima dewa”.
Ada beberapa alat musik tradisional yang digunakan, misalnya hyeonhakgeum (sejenis alat musik berwarna hitam yang bentuknya seperti pipa dengan tujuh buah senar) dangayageum (alat musik mirip hyeonhakgumtetapi bentuk, struktur, corak, dan cara memainkannya berbeda dan memiliki dua belas buah senar).
Tarian tradisional yang cukup terkenal di Korea antara lain cheoyongmu (tarian topeng), hakchum (tarian perang), danchunaengjeon (tarian musim semi). Tarianchunaengjeon ditarikan sebagai tanda terima kasih kepada dewa irwolseongsin dan dewasancheonsin atas panen yang berhasil.
Peninggalan Bersejarah
Di Korea terdapat banyak peninggalan sejarah yang berasal dari masa Dinasti Joseon, seperti Taman Jongmyo yang didalamnya terdapat banyak prasasti-prasasti dan disini biasa dilaksanakan upacara-upacara keagamaan atau mistik yang besar. Ada juga istana-istana Dinasti Joseion antara lain Gyeongbokgung (dibangun pada tahun 1394), Changdeokgung (tidak diketahui kapan dibangun tetapi bangunan ini ditemukan pada tahun 1592),Changgyeonggung (anak istana dari istanaChangdeokgung), dan Deoksugung yang saat ini telah dijadikan sebagai kantor Walikota Seoul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Designed By Blogger Templates